Minggu, 18 September 2016

Santri Cantik yang manja

AIFA SI SANTRI CANTIK DARI PESANTREN




          Suatu saat,hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah,ibu,dan seorang anak perempuannya yang mereka beri nama Ifa.Ifa sangat disayang oleh kedua orang tuanya.keluarga Ifa tergolong orang yang kaya raya,sehingga semua yang diinginkan Ifa pasti dikabukan pernah suatu hari,Ifa ditinggal oleh kedua orang tuanya untuk dinas ke luar kota.Ifa ingin ikut,karena tidak mau sendirian di rumah.namun, orang tua Ifa tidak mengizinkannya,karena Ifa harus sekolah.Ifa pun menangis sejadi-jadinya dan sampai tak mau makan.akhirnya Ifa pun sakit.Dan semenjak itu,Ayah dan Ibu Ifa tidak pernah meninggalkannya lagi.Jika sedang dinas ke luar kota,Ifa selalu di ajak.akhirnya sekolah Ifa lah yang dikorabankan.Wali kelas Ifa sudah berulang kali memberikan surat peringatan bahkan sudah pernah datang ke rumah Ifa.Namun hal itu tidak menghambat keinginan ifa untuk terus ikut dengan Ayah dan Ibunya.                                                                          
           Lambat laun,Ayah dan Ibu Ifa sudah mulai kelelahan  menghadapi sikap puterinya yang begitu manja.Akhirnya merekapun berniat untuk memasukkan Ifa ke sebuah pesantren.Namun,Ifa menolaknya “Aku gak mau ayah,Ibu ! aku kan paling lemah dalam bidang agama ! Brukkk.. (langsung masuk ke kamar sambil menangis).Namun itu semua tidak menghambat keinginan Ayah dan Ibunya “terserah ! kamu mau nangis kek !,mau ngurung diri dikamar kek !,Ayah akan tetep masukkin kamu ke pesantren !”kata Ayah  dengan nada tinggi.Akhirnya,karena takut dimarahi lagi,Ifa pun bersedia masuk pesantren walau dengan hati yang tidak rela.                                                                                
         Hari pertama di pesantren,kesan pertama untuk Ifa adalah “pesantrennya gak bagus bagus amat,orang-orangnya gak modis,gak ada mall lagi !”kata Ifa.Menurut Ifa pesantren ini tidak cocok untuknya,karena dia paling lemah dibidang agama.Namun apa daya Ifa sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi,karena ia takut Ayah dan Ibunya marah lagi.                                      
           Hari kedua dipesantren,mambuat ifa jenuh.Karena temen teman disekelilingnya selalu membiacaraka hal-hal yang menurutnya tidak penting.Apalagi pelajaran-pelajaran dipesantren yang amat sangat membingungkan baginya.Ifa pun menangis meratapi nasibnya “Kenapa sih,nasibku seperti ini !.Aku harus nyuci piring sendiri,nyuci baju sendiri,apa apa sendiri “rengek Ifa.Tangisnya pun makin menjadi jadi setelah membayangkan hal yang akan terjadi padanya.                                                              
        Setelah beberapa hari dipesantren,Ifa masih belum bisa beradaptasi.Sebeneranya banyak sekali santri dan santriwati yang ingin berkenalan dan ingin lebiah dekat dengannya,namun Ifa enggan untuk menanggapinya “ih,sok kenal banget sih !.lebih baik aku menyendiri ketimbang harus bergaul dengan kalian !” kata Ifa.Ifa lebih memilih menyendiri dari pada bergaul,karena menurut Ifa  santri dan santriwati disini tidak cocok untuk berteman dengannya.Selain menyendiri,Ifa juga masih sering menangis.Beberapa santriwati yang sekamar dengannya sering merasa kebingungan jika dia menangis.Namun jika mereka bertanya pasti Ifa menjawab “Apa sih,pengen tau aja urusan orang !” setelah berbicara seperti itu,biasanya Ifa selalu memalingkan muka.Sebenarnya santriwati yang sekamar dengan Ifa sering merasa jengkel dengan sikapnya.Namun mereka lebih memprioritaskan kekeluargaan dari pada permusuhan,jadi mereka lebih memilih untuk diam.                                                                                                
         Pada suatu hari,saat Ifa sedang mencuci baju,teman sekamarnya yaitu Ita mendekati Ifa.”Eh,kamu tau gak,sebenernya nasibku sama seperti kamu.Dulu,aku manja banget,makannya orang tuaku memutuskan untuk memasukkan aku ke pesantren ini”jelas Ita.Awalnya Ifa tidak tertarik dengan obrolan itu,Namun lama-kelamaan Ifa mulai mendengarkan cerita Ita,bahkan Ifa pun ikut bercerita tentang kisah hidupnya.Karena percakapan itu,Ifa dan Ita menjadi dekat dan menjadi teman.walau begitu,Ifa masih sering menangis.Biasanya jika Ifa menangis,Ita selalu mengiburnya,Ita selalu berkata “Tenanglah,kamu tidak usah menangis.Kita ini bernasib sama,jadi jangan sungkan untuk bercerita kepadaku”.Ifa pun sering sekali bercerita tentang masalahnya pada Ita,sebaliknya Ita pun sering bercerita tentang masalahnya pada Ifa.                                                                                                 
        Suatu hari,seorang ustadzah memberikan tugas yang begitu banyak pada santriwati.Namun Ifa masih belum mengerti tugas yang diberikan oleh bu ustadzah.Akhirnya Ifa pun bertanya pada ustadzah “ maaf Bu Ustadzah,saya masih belum mengerti maksud dari tugas ini,maksudnya apa ya Bu ?.Bu Ustadzah amat sangat senang mendengar Ifa  yang sudah mulai bertanya.Padahal sebelumnya kan Ifa terkenal sebagai santriwati yang pendian dan enggan untuk bertanya maupun ditanya.Pada santriwati lain pun dia tidak mau bertanya selain pada Ita. Sebenarnya Ifa sudah mulai suka pada santriwati dan ustadzah disini,karena meraka semua sangat ramah dan baik padanya.Ifa juga sudah mulai betah berada di pesantren.Namun Ifa masih belum suka akan gaya mereka yang menurutnya tida modis.                                                                           
     Saat hari maulid nabi Muhammad SAW,pesantren mengadakan banyak sekali lomba,dan seluruh orang tua santri dan santriwati diharapkan untuk datang memeriahkan acara ini.Ayah dan Ibu Ifa juga datang dalam acara ini,namun Ifa tidak mau bertemu dengan kedua orang tuanya.Masih ada rasa benci yang menyelinap dihati Ifa pada Ayah dan Ibunya.Ifa terus mengurung dikamarnya.Akhirnya santriwati dan ustadzah turun tangan untuk membantu kedua orang tua Ifa.”Ifa,keluar nak disini ada ayah dan ibu kamu”kata salah satu ustadzah.Namun Ifa menjawab “Suruh aja mereka pergi !,aku gak butuh kedatangan mereka !”.Semua santriwati dan ustadzah yang mendengarnya begitu kaget mendengar jawaban Ifa,tak terkecuali kedua orang tuanya,mereka berdua begitu kaget,kecewa,dan sedih mendengar jawaban puteri kesayangannya itu.Akhirnya kedua orang tua Ifa pun pulang dengan hati kecewa dan berlinang air mata.                                                                                                       
     sejak kejadian itu, Ifa selalu mengurung diri dikamar.Bahkan ia sampai tak masuk kelas.Semua santriwati dan Ustadzah sudah berusaha bertanya pada Ifa,namun Ifa tidak menjawab apa-apa,Ifa malah menangis.Hal ini membuat Ifa sakit,mendengar hal itu,kedua orang tua Ifa langsung datang kepesantren.Mereka menangis,saat melihat puteri semata wayangnya terbaring lemah dikasur,mereka juga merasa bersalah karena telah memaksakan kehendak Ifa.Akhirnya Ayah dan Ibu Ifa pasrah.Ifa pun dibawa pulang oleh kedua orang tuanya dan pindah ke sekolah biasa lagi.                                 
        Ifa sangat senang telah terbebas dari pesantren itu.ia terbebas akan mencuci piring sendiri,mancuci baju sendiri,terbebas dari segala peraturan yang ada dipesantren,dan yang paling Ifa senangi adalah ketika ia tidak lagi mengerjakan segudang pelajaran yang menurutnya sangat  membingungkan karena berhubungan dengan agama.Sekarang Ifa bisa pergi ke mall,dan kemana saja yang dia inginkan tanpa ada yang melarangnya lagi.”yeahh..akhirnya aku bebas juga.Aku merasa aku ini adalah seorang puteri yang telah dipenjara beribu-ribu tahun,dan tiba-tiba dibebaskan,rasanya senaaaang….sekali”kata Ifa                                                 Tak terasa sudah seminggu Ifa meninggalkan pondok pesantren.Rasa rindu pun datang menghampiri Ifa.Terbayang-bayang wajah para Ustadzah,santriwati,dan suasana dipondok pesantren yang begitu tenang.”yaah…walaupun aku tidak suka dengan gaya mereka,tapi mereka pernah ada dikehidupanku,meraka juga telah baik kepadaku.lagi pula, pesantren itu tidak seperti yang aku kira kok,di sana nyaman juga tenang”kata Ifa.Sempat muncul dibenak Ifa kalau dia bersekolah dipesantren lagi.Namun,apakah dia kuat menghadapinya ?,apakah dia kuat menjalankan perintah-perintah dipesantren ?,apakah dia bisa mengerjakan segudang pelajaran yang bersangkutan dengan agama ?.Akhirnya Ifa pun mengurungkan niatnya untuk bersekolah lagi dipesantren.                                                           
         Hari-hari terus berlalu,tak terasa sudah 2 bulan Ifa meninggalkan pesantren.Rindunya pada pesantren semakin tidak tertahan.Akhirnya Ifa membulatkan tekadnya untuk kembali bersekolah dipesantren.Ayah dan Ibu Ifa sangat kaget mendengar pernyataan anaknya tersebut.Namun disisi lain,mereka begitu senang karena Ifa masuk pasantren lagi,tapi dengan keinginannya sendiri.                                                                              
Saat Ifa datang ke pesantren, semua santriwati memeluk Ifa. Sebenarnya Ifa tidak suka dipeluk selain dipeluk oleh ayah dan ibunya.Namun kali ini Ifa membiarkan teman-temannya memeluknya, karena memang Ifa juga sudah sangat merindukan mereka.
Kehidupan Ifa di pesantren sekarang berbeda dengan kehidupannya dipesantren sewaktu dulu.Kehidupannya sekarang lebih ringan dijalani.Bukan karena peraturannya yang di ganti atau pelajarannya yang mudah, namun karena Ifa menjalankannya dengan hati yang ikhlas dan tidak dengan kebencian.Sekarang Ifa juga telah mempunyai banyak teman, dari mulai santriwati sampai santri.Lambat laun, Ifa sudah bisa mentaati peraturan dan pelajaran di pesantren itu.Bahkan sekarang Ifa telah di daulati sebagai santriwati teladan dan santriwati berprestasi.Hal ini membuat Ifa semakin semangat untuk belajar dipesantren.

Selain Ifa,Ayah dan Ibunya juga senang karena telah mempunyai anak yang shalehah tau masalah agama,mereka juga bangga karena rencana mereka telah berhasil, yaitu membuat Ifa menjadi anak yang ‘MANDIRI’.





Terima kasih ^_^

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 Dunia Siswa | Design : Noyod.Com | Images : Red_Priest_Usada, flashouille